PERKEMBANGAN PENGETAHUAN BANGSA SUMERIA



Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Bangsa Sumeria pada masa itu merupakan bangsa yang memiliki peradaban yang maju begitu pula dalam hal pengetahuan. Bangsa sumeria  memberikan sumbangan yang penting bagi dunia dalam bidang matematika. Mereka mengembangkan hitungan dengan dasar 60 atau sering disebut sixagesimal. Penemuan mereka tentang hitunga lingkaran adalah 360,satu jam adalah 60menit,1 menit adalah 60 detik, masih kita gunakan sampai sekarang. Pengetahuan diatas menjadi dasar untuk perhitungan waktu untuk satu hari adalah 24 jam, satu bulan adalah 30 hari, dan satu tahun adalah 12 bulan, perhitungan waktu disebut dengan sistem penanggalan yang nantinya dikembangkan oleh Bangsa Babilonia. penghitungan kalender Babilonia berdasarkan pada peredaran bulan atau sering disebut sistem lunar atau kalender komariah[1].
Disamping itu orang-orang Sumeria juga sudah mengembangkan sastra. Syair orang-orang Sumeria yang berbentuk cerita,yang sering disebut dengan The Epic of Gilgamesh,adalah satu karya yang tertua dari bentuk sastra didunia ini. Syair kepahlawanan ini adalah koleksi cerita tentang seorang pahlawan yang disebut Gilgamesh. Satu dari pekerjaan Gilgamesh di dunia adalah mencari keabadian hidup. Dalam perjalanannya, dia menemukan satu orang yang selamat dari banjir yang besar yang merusak dunia. Dalam akhir cerita, Gilgamesh telah belajar kebenaran yang terbesar tentang keseluruhannya, bahwa pahlawan pasti mati karena pertempuran, dan perlu peranakan keledai untuk membawa barang-barang.
Sementara itu imam-sejarawan berusaha untuk menciptakan cukup luas masa lalu untuk pengembangan semua keajaiban peradaban Sumeria. Mereka merumuskan daftar raja-raja kuno mereka, memperpanjang dinasti sebelum Banjir untuk 432.000 tahun-, dan bercerita mengesankan seperti dua penguasa tersebut, Tammuz dan Gilgamesh, bahwa yang terakhir menjadi pahlawan puisi terbesar dalam sastra Babilonia, dan Tammuz diturunkan ke dalam jajaran Babel dan menjadi Adonis dari Yunani. Mungkin imam dibesar-besarkan sedikit kekunoan peradaban mereka. Kita mungkin samar-samar menilai usia budaya Sumeria dengan mengamati bahwa reruntuhan Nippur ditemukan hingga kedalaman enam puluh enam meter, yang hampir sama banyak kaki memperpanjang bawah sisa-sisa Sargon dari Akkad sebagai Kenaikan di atas ke lapisan paling atas, atas dasar ini Nippur akan kembali ke 5262 SM dinasti Tenacious kota-raja tampaknya telah berkembang di Kish pada 4500 SM, dan pada  3500 SM Ur Dalam kompetisi dari dua pusat ini, kita memiliki bentuk pertama bahwa oposisi antara Semit dan non-Semit yang menjadi salah satu tema berdarah dekat sejarah Timur dari kekuasaan Semit Kish dan penaklukan dari raja-raja Semit Sargon I dan Hammurabi, melalui penangkapan Babel oleh  Arya  jenderal Cyrus dan Alexander pada abad keenam dan keempat sebelum Kristus, dan konflik Tentara Salib dan Saracen untuk Makam Suci dan honorarium perdagangan, sampai ke upaya Pemerintah Inggris untuk mendominasi dan menenangkan Semit dibagi di Timur Dekat hari ini[2].
B.     Penyebab Kehancuran.
Dalam sebuah peradaban, semaju apapun peradan tersebut, kemajuan itu pastilah ada akhirnya ini sudah menjadi hukum alam, ada kalanya bangsa itu berada di atas dalam puncaknya tapi semua itu pasti ada akhirnya, istilah yang sering kita gunakan roda pasti berputar, begitu juga dengan Bangsa Sumeria, kemajuan Bangsa Sumeria yang bahkan mengejutkan kita, pada peradaban kuno bahkan merupakan awal dari peradaban manusia telah menemukan berbagai pengetahuan juga seni, dan bahkan jika kita pikirkan dibanding masa sekarang Bangsa Sumeria lebih cerdas dari kita, bagaimana mungkin dengan teknologi yang belum pesat seperti masa sekarang mereka telah menciptakan banyak pengetahuan, tapi inilah hukum alam, kejayaan itu tinggal sejarah yang banyak memberikan ibrah kepada kita semua.
Seperti bangsa pendahulunya yaitu ‘Aad bangsa tsamud(sumer,sumeria)juga mengalami kehancuran dan terkubur bersama penduduknya dibawah timbunan pasir gurun tanpa diketahui secara pasti apa  faktor penyebab kehancurannya. Lagi-lagi para sejarawan dengan tergesa-gesa, kembali menuduh gerombolan Gut ( istilah bernuansa negatif yang diberikan kepada pengikut Nabi Hud oleh para orientalis ) telah menyerang dan menghancurkan Sumeria seperti yang dialami oleh bangsa pendahulunya. Padahal, sekali lagi sangat musthil apabila gerombolan Nabi Hud menghancurkan Sumeria dengan pertimbangan yang amat banyak seperti apa tujuannya menyerang Sumeria? Mungkinkah dengan jumlah anggota kecil, gerombolan Nabi Hud mampu menghancurkan Sumeria yang memiliki tentara dan teknologi lebih canggih
Sementara para sejarawan mengetahui pasti bahwa penduduk, kekayaan (emas, perak, lazuardi, dan lainnya) dan bangunan Bangsa Sumeria terkubur dalam tumpukan pasir secara utuh. Sehingga analisi yang kira-kira mendekati kebenaran yaitu bahwa bangsa Sumeria yang tidak lain adalah bangsa Tsamud hancur akibat bencana yang sangat dahsyat karena mereka telah mengeksploitasi alam secara tidak seimbang, dapat kita cermati pada QS Fshshilat ayat 17. Sementara keadaan alam saat itu masih rawan petaka karena sedang melakukan proses penstabilan akibat bencana banjir yang melanda seluruh permukaan bumi (era Nabi Nuh, kira-kira 4000 SM).[3]
Sesua dengan aturan kosmos, suatu yang tidak alami, natur, suci, fitrah seperti misalnya kepercayaan yang bersifat delusif atau mitos, pasti akan dilibas habis oleh perputaran alam. Dimana dalam alQur’an disebutkan Innal bathila  kaana zahuqo sesungguhnya yang tidak benar adalah sesuatu yang pasti lenyap, maka ketika bangsa Sumeria terjebak dalam berbagai kenakalan hidup munculah shulih (shulig, shulgi)
Baginda Urnamu menemui ajalnya di dalam petaka yang menimpa Sumeria. Sementara ada orang-orang sumeria yang tidak mengalami petaka itu, karena sudah melakukan evakuasi di bawah koordinator shulih, yang menurut prasasti sezamannya bernama shulig atau shulgi. Merekalah orang-orang penganut monoteisme (Islam) yang amat dimusuhi rezim Urnamu. Shulgi sendiri oleh mereka dikenal sebagai guru karena kecerdasanya, diplomat(rasul), pelindung seni, pendiri masjid dan penyelenggara segala kebaikan bagi negeri dan rakyatnya




[1].Ibid.12.hal 130
[2]Will Durant 1942.. Story of Civilization:. Orient Our Heritage New York: Simon and Schuster. Hal. 131
[3] .Loc.cit.hal 132

Komentar