AZERBAIJAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM



SSejarah Azerbaijan
Penandaan istilah Azerbaijan telah bervariasi dari penandaan geografi historisnya dan ini telah menyebabkan beberapa diskusi politik. Ada beberapa hipotesis yang berkaitan dengan asal nama "Azerbaijan." Teori yang paling umum ialah secara eponim Azerbaijan dinamai menurut Atropatessatrap(gubernur) bangsa Media Iran, yang menguasai sebuah kawasan yang ditemukan di Azarbaijan Iran modern yang disebut Atropatene. Dipercaya nama Atropates diturunkan dari akar Bahasa Persia Kuno yang berarti "dilindungi oleh api."
            Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa istilah ini ialahTurkifikasi tipis dari Azarbaijan, versi nama Persia asli yang diarabkanÂzarâbâdagân, tersusun atas âzar+âbadag+ân (âzar=api; âbâdag=daerah olahan; ân=akhiran jamak); bahwa secara tradisional kata itu berarti "tanah api abadi" atau "tanah api", yang mungkin menyatakan secara tak langsung kuil api Zoroastrianisme di negeri ini. Beberapa sejarawan Azeri berpendapat bahwa nama itu tersusun atas 4 unsur bahasa Azerbaijanaz+er+bay+can, yang berarti "tanah orang Azeri yang pemberani" atau "sebuah tempat yang ditinggikan untuk kaum hartawan dan agung." Secara puitis Azerbaijan juga disebut Odlar Yurdu ("Negeri Api (Abadi)").[2]
     Para ilmuan mendefinisikan Azerbaijan sebagai suatu wilayah yang kini dihuni oleh bangsa Azerbaijan-Turk; yaitu orang-orang yang mendiami sebuah kawasan yang membentang dari lereng bagian Utara pegunungan Kaukasus di sepanjang Laut Kaspia hingga dataran tinggi Iran.
          Pada penghujung millennium ke-4 SM dan awal millennium ke-3 SM mulai tampak adanya pertumbuhan lapisan atas dalam kelas-kelas social yang mempunyai cirri keunggulan peradaban proto-urban dan telah memiliki embrio struktur kenegaraan. Pada masa ini aliansi suku-suku bangsa telah membentuk sebuah Negara Aratta, Negara Lullubum (sejak 2300 SM) dan Negara Gutian (setelah paruh kedua 3000 SM). Pada tahun 2175 SM rakyat Gutian berhasil menundukkan Sumer dan Akkad serta menguasainya hingga satu abad lamanya.
         Antara abad 9 hingga 7 SM, kerajaan Mannaean mengguncang daerah sekitar Danau Urmia. Kerajaan Simmeria-Scythia-Saka tumbuh pesat pada abad ke-7 dan 6 SM di bagian Selatan–Barat Daya Azerbaijan. Pada pertengahan abad 6 SM kerajaan Mannaean runtuh. Peran penting dalam sejaraha Azerbaijan dimainkan kerajaan Atropaten yang muncul di bagian Selatan pada thun 520an SM. Kerajaan ini sangat kental dipengaruhi tradisi Hellenisme.
Negara Albania di Kaukasus berdiri di sebelah Utara Azerbaijan pada penghujung millennium ke-4 dan awal millennium ke-3 SM dengan sungai Araz sebagai garis perbatasan di sebelah Selatan. Negara ini berhasil mempertahankan wilayahnya dari serangan-serangan musuhnya hingga pada akhirnya ditaklukkan Romawi pada tahun 66 SM. Bangsa Albania terdiri dari berbagai kebangsaan yang pada umumnya berbicara dalam bahasa Turki.[3]
2.      Azerbaijan Pada Abad Pertengahan
Islamisasi dan Perkembangannya
                        Islam tiba di Azerbaijan dengan kedatangan orang Arabpada abad ke-7, berangsur-angsur menggantikan Zoroastrianisme dan kepercayaan panag Azerbaijani. Pada abad ke-7 dan abad ke-8, kebanyakan pengikut Zoroastrians berpindah ke India, di mana mereka dikenali sebagai Parsi. Sehingga Bolshevik Sovietmenghentikan amalan ini, pengunjung Zoroastrian dari India dan Iranmengembara ke Azerbaijan untuk menyembah tapak suci, termasuk Kuil Ateshgah Temple di Surakhany pada Semenanjung Apsheron.
Seiring dengan invasi bangsa Arab, maka sejak awal abad ke-8 M Islam menjadi agama dominan di Azerbaijan. Beberapa Negara baru didirikan di wilayah Azerbaijan pada abad 9 M. Negara Shirwan dengan ibukotanya Shemakha, merupakan Negara adikuasa yang diperintah dinasti Mezyedi. Disamping itu beberapa Negara merdeka seperti Sajid, Salarid, Rvvadid (masing-masing berpusat diibukota Maragha, Ardabil dan Tabriz) serta Shaddadids (dengan ibukota Ganja) tumbuh di wilayah Azerbaijan pada abad 9 hingga abad 11 M. Azerbaijan pernah pula dikuasai dinasti Seljuk sejak akhir abad 11 M. Setelah berkuasa dari tahun 1136-1225, pemerintahan Atabek Eldegiz di Azerbaijan runtuh.[4]
Keragaman populasi yang terdiri dari penduduk asli yang berbahasa Turki dan keturunan bangsa Turki serta kesamaan keyakinan yang dianut (Islam) telah memungkinkan berlangsungnya proses konsolidasi bangsa Azerbaijan yang mencapai puncaknya pada abad 11 dan 12 M. Pada periode ini pula tampak perkembangan budaya Azerbaijan yang mengagumkan yang telah menjadi warisan dunia berupa para filosof terkemuka, arsitek, puisikus dan ilmuan-ilmuan terkenal. Kejayaan pemikiran social dan budaya Azerbaijan pada era ini dapat dilihat dalam bentuk karya Nizami Ganjavi (1141-1209), puisikus sekaligus filosof yang hingga kini dipandang sebagai salah satu permata warisan khazanah peradaban dunia.
 Sejak pertengahan abad 13 M, Negara-negara di Azerbaijan jatuh dalam kekuasaan dinasti Mongol, Khulagu (1258-1356). Pada pertengahan abad 14 M, seiring dengan bangkintya kesadaran para penduduk pribumi untuk mengusir para penjajah, tokoh feudal setempat yang bernama Jalairid memimpin pergerakan perjuangan dan mengambil alih kekuasaan di Azerbaijan. Dengan dukungan para bangsawan Azerbaijan lainnya, ia berhasil membentuk Negara Jalairid (1359-1410). Sejak akhir abad 14 M, Azerbaijan kembali diduduki Tamerlan dan menjadi panggung teater dalam epoh peperangannya melawan Horde Emas.
Dinasti-dinastiAzerbaijan “Qara-Qoyunlu” dan “Aq-Qoyunlu” memerintah Azerbaijan pada tahun 1410-1468 dan 1468-1501. Di bawah pemerintahan kedua dinasti tersebut kekuatan Azerbaijan telah tumbuh secara signifikan. Pada tahun 1501 negara Safawid didirikan di Azerbaijan, yang kemudian disebut pula dengan dinasti Azerbaijan yang beribukota di Tabriz. Di bawah dinasti ini, seluruh wilayah Azerbaijan berhasil dipersatukan untuk pertama kalinya dalam sejarah yakni menjadi satu Negara Azerbaijan. Wilayah dinasti Safawid membentang dari Sungai Amu Darya hingga sungai Euphratdan dari Derben hingga pesisir pantai Teluk Persia. Entitas politik ini terbentuk dan terus berkembang menjadi Negara Azerbaijan secara essensial di mana seluruh kekuatan politik berada dalam kendali kaum bangsawan Azerbaijan. Pegawai-pegawai senior di pengadilan, para jenderal militer dan para gubernur diangkat dari kalangan bangsawan Azerbaijan. Tentara juga dibentuk dari kelompok milisi yang berasal dari suku terkuat dan berkuasa di Azerbaijan.
Pada abad ke-16, shah pertama bagi Dinasti SafavidIsmail I(r. 1486-1524), menubuhkan Islam Syiah sebagai agama rasmi, sungguhpun sebagian besar penduduk Azerbaijan kekal sebagaiSunni. Istana Safavid dipengaruhi oleh kedua pengaruh Turki (Sunni) dan Iran (Syiah), bagaimanapun, yang mengukuhkan asas dua agama dan kebudayaan Azerbaijan pada tempat tersebut. Sebagaimana lain-lain tempat dalam dunia Muslim, kedua cabang Islam bertikai di Azerbaijan. Penguat kekuasaan Islam Syi'ah sebagai agama resmi menimbulkan pergeseran antara pemerintah Safavid di Azerbaijan dan pemerintahan Sunni di kesultanan Utsmaniyyah bersebelahan. Bahasa Azerbaijan dijadikan bahasa resmi Negara Safawid. Pada akhir abad 16 M, ibukota negara Safawid dipindahkan dari Isfahan dan shah mendapatkan dukungan penuh dari kalangan bangsawan Persia. Di bawah pemerintahan dinasti Azerbaijan, negara ini berkembang dengan corak ke-Persia-an.

Shaki Khan Palace Bukti Kejayaan Islam di Azerbaijan


kota yang menyimpan berbagai situs bangunan peradaban Islam di persimpangan Eropa Timur dan Asia Barat.  Kota Shaki berjarak 295 kilometer dari ibu kota Azerbaijan, Baku. 
Pada era Dinasti Shaki Khanate (1743-1819 Masehi), kota ini memiliki peran penting, selain sebagai ibu kota, Sakhi juga pusat perekonomian penting di antara kota-kota di sepanjang Jalur Sutra.
Kota ini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang menghubungkan Barat ke Timur, sebelum akhirnya diinvasi dan diambil alih oleh tentara merah Uni Soviet.
Istana Shaki Khan menjadi saksi perkembangan dan kejayaan kota ini. Bangunan istana ini dibangun pada 1797 oleh Muhammad Hasan Khan, penguasa kelima Dinasti Shaki Khan. 

Masjid Samakhi, Warisan Umayyah di Kaukasus



 Masjid Samakhi, Masjid Juma Samakhi, begitulah nama masjid di Samakhi itu. Terletak 106 km dari ibu kota Baku, Shamakhi atau Samaxi, adalah sebuah distrik di Azerbaijan yang memiliki sejarah panjang perkembangan Islam di kawasan Kaukasus.
Masjid ini memiliki catatan panjang sejarah dan cukup monumental, peninggalan kekuasaan Daulah Bani Umayyah I dari abad ke-8. Nama Juma muncul karena masjid ini menjadi pusat berkumpulnya umat Islam pada pelaksanaan shalat Jumat.
Masjid ini merupakan salah satu masjid peninggalan Bani Umayyah I ketika dinasti ini menguasai sebagian besar wilayah Kaukasus dan Dagestan. Masjid Shamakhi dibangun pada  743-744 Masehi. Beberapa penelitian arkeologi megungkapkan, masjid ini merupakan bukti monumental kedaulatan Islam Dinasti Umayyah I yang telah mencapai kawasan Kaukasus.

Komentar

Posting Komentar