FILSAFAT SEJARAH KRITIS : STRUKTURISME



                Strukturisme

                Bahwa strukturisme menjembatani antara post-modernisme dan strukturalisme. Jika post modernism mengedepankan individu (agent, human) dan srukturalisme mengangkat struktur-struktur. Dan keduanya memiliki kekurangan sehingga disatukan dalam satu metodologi yang disebut strukturisme. Metodologi strukturisme bertujuan menampilkan  realitas dalam bentuk causal factors yang tidak tertangkap oleh pancaindra. Fenomena sejarahnya seperti pemberontakan, revolusi, dan perubahan social bias ditangkap melalui pancaindra karena terkandung dalam sumber sejarah yang dibaca dan dipelajari. Strukturisme melihat ada interaksi antara manusia (individu atau kelompok) dan struktur social (realitas).

                Munculnya pendekatan strukturis (metodologi strukturisme) ini telah menawarkan metodologi alternative bagi kendala dimaksud, dengan menerapkan struktur penalaran (structure of reasoning) yang digunaan oleh alam terhadap ilmu social dan sejarah. Menurut pendekatan ini, penalaran ilmu social harus memiliki struktur yang mirip dengan ilmu alam. (cf. Lloyd, 1993) sehingga eksplanasi kausalitasnya juga dapat menghasilkan kebenaran yang berkorespondensi dengan kenyataan yang diamati, meskipun untuk itu diperlukan modifikasi terhadap beberapa aspek metodologi.

                 Akses epistomologi yang membedakan antara ilmu alam dengan ilmu social dan ilmu sejarah adalah terletak pada penjelasan sebab akibat pada struktur-struktur umum dari struktur social yang berkesinambungan dan struktur budaya serta prilaku-prilaku individu dalam variasi ruang dan waktu yang harus mendapat pertimbangan dalam analisis social dan sejarah. Analisi-analisis pada factor-factor yang telah disediakan terakhir itulah yang justru telah diabaikan oleh pendekatan sejarah.

                Disamping itu, pendekatan (metodologi) strukturisme yang didasarkan pada filsafat realis ini mencoba untuk menempatkan agency, dalam kapasitasnya sebagai akumulasi interaksi individu, Struktur dan mentalis sebagai causal faktor dari perubahan social. Oleh karena sejarah meneliti masyarakat masa lampau, maka causal factor itu tidak dapat dijelaskan dengan eksperimen seperti yang berlaku dalam ilmu alamakan tetapi melalui intensi yang terekspresikan dari sumber-sumber sejarah yang sesungguhkna dapat diamati (observable).

                Untuk menemukan agency dari suatu perubahan social menurut pendekatan strukturis, mengharuskan tidak hanya analisis structural akan tetapi juga mengandalkan hermeneutika dalam memahami berbagai intensi dari perilaku sejarah. Dengan demikian, munculnya strukturisme historis, telah menjembatani perbedaan-perbedaan pendapat tentang bagaimana analisis terhadap perubahan sosialyang selam ini telah berlangsung, namun pendekatan ini belum banyak mendapat perhatian dari kalangan sejarawan, karena masih dominannya pengaruh strukturalismenya.

                Dari kalangan strukturisme memandang perubahan struktur social disebabkan oleh unsur-unsur internal masyarakat itu sendiri ,yaitu interaksi antara individu dengan struktur sosial. Struktur menurut aliran ini memiliki potensi “menentukan” (constraining) sedangkan individu atau kelompok dari suatu struktur sosial dalam hal ini disebut dengan agency) memiliki potensi “mengubah” (enabling). Interaksi struktur yang constraining dengan agency yang enabling inilah yang mendasari analisis strukturis untuk menemukan causal faktor dari suatu perubahan social.

Komentar