METODE DAN METODELOGI SEJARAH DALAM ANALISIS SUMBER

 


adanya tiga langkah atau tahap kegiatan di dalam metode sejarah, ialah:

1. Pencarian bahan-bahan sumber di atas kita dapat bekerja, ialah pencarian sumber-sumber keterangan atau pencarian buktibukti sejarah, tahap ini disebut Heuristik, yang merupakan langkah permulaan di dalam semua penulisan sejarah.

2. Penilaian atau pengujian terhadap bahan-bahan sumber tersebut dari sudut pandangan nilai kenyataan (kebenarannya) semata-mata, tahap kedua ini disebut kritik sumber atau kritisisme, yang merupakan langkah yang sangat penting sehingga sering dikatakan bahwa seluruh proses dari metode sejarah disebut sebagai Kritisisme Sejarah.

3. Penceritaan atau Penyajian yang bersifat formal (resmi) dari penemuan-penemuan dari kegiatan Heuristik dan Kritisisme; tahap ketiga ini meliputi penyusunan kumpulan dari data sejarah dan penyajian /penceritaannya (pada umumnya dalam bentuk tertulis) di dalam batas-batas kebenaran yang objektif dan arti atau maknanya; tahap ketiga ini disebut Sinthese dan Penyajian (Sinthese dan Penulisan).

            Seorang calon sejarawan yang ingin melakukan penelitian sejarah, pada umumnya harus melalui prosedur penelitian sebagai berikut (Gray, 1964):

 1. Menentukan judul atau pokok penelitian yang akan diteliti atau diselidiki.

2. Mencari bukti-bukti (pembuktian) atau bahan-bahan sumber (baik sumber-sumber primer maupun sumber-sumber sekunder) yang diperlukan (Heuristik). Dalam tahap kedua ini termasuk teknik pencatatan dari dari bahan-bahan sumber (note-taking) dalam kartu-kartu kepustakaan (Bibliographical cards).

3. Menilai atau menguji bahan-bahan sumber dengan kritik luar/(external criticism) dan kritik dalam (internal criticism) untuk menentukan/menetapkan otentisitas (authenticity: kebenaran, kesahihan, kesejatian) dari bahan-bahan sumber sebelum digunakan di dalam penelitian (kritisisme).

4. Tahap Konstruksi dan Komunikasi: melakukan konstruksi (penyusunan dan penulisan atau sinthese dari hasil atau penemuan-penemuan penelitian) dengan bahasa yang sederhana, lugas dan ilmiah, agar dapat dikomunikasikan dengan baik kepada pembacanya (Sinthese dan Penulisan Sejarah). Hasil dari Sinthese dan Penulisan Sejarah adalah Karangan Sejarah Ilmiah atau Karangan Sejarah Kritis (Historiografi).

 

 

Historiografi

            Tahapan yang keempat adalah historiografi. Historiografi adalah rekonstruksi yang imajinatif daripada masa lampau berdasarkan data yang diperolah dengan menempuh proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Dalam melakukan penulisan sejarah, terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan:

1.     Penyeleksian atas fakta-fakta, untaian fakta-fakta, yang dipilihnya berdasarkan dua kriteria: relevansi peristiwa-peristiwa dan kelayakannya.

2.     Imajinasi yang digunakan untuk merangkai fakta-fakta yang dimaksudkan untuk merumuskan suatu hipotesis

3.     Kronologis. Dalam tahapan historiografi ini lah, seluruh imajinasi dari serangkaian fakta yang ada dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Potongan – potongan fakta sejarah ditulis hingga menjadi sebuah tulisan kisah sejarah yang kronologis.

Tahapan – tahapan metode sejarah di atas memudahkan para sejarawan dalam melakukan penelitian. Mulai dari proses pengumpulan sumber–sumber, memilih sumber–sumber asli, menginterpretasikan sumber–sumber, hingga penulisan sejarah.

            Jika metode sejarah berkaitan dengan proses penelusuran sumbersejarah hingga menghasilkan fakta sejarah dan disajikannya dalam tulisan sejarah, maka metodologi sejarah merupakan ilmu yang menanyakan lebih jauh tentang kebenaran metode tersebut (science of method). Metodologi berurusan dengan pertanyaan filosofis tentang prosedur penelitian sejarah. Apakah fakta sejarah, bagaimana menilai kebenaran sejarah, bagamana tafsir dan penjelasan sejarah, dan semacamnya. Termasuk di dalamnya model-model analisis dalam kajian-kajian sejarah, seperti sejarah ekonomi, sejarah sosial, sejarah, lokal, dsb. Kajian yang membahas tentang berbagai aspek dan model penulisan sejarah Indonesia (Kuntowijoyo, 2003).

Komentar